Selasa, 04 Maret 2008

Hitam Putih


seorang anak menanyakan peranyaan ini dikelas seni rupa "hitam dan putih termasuk warna atau bukan?" pertanyaan bagus dari seorang siswa mengingatkan saya pada pertanyaan yang pernah saya nyatakan kepada seorang teman, mengingat didalam golongan warna yang dikenal sebagai warna dasar adalah hanya tiga warna yaitu merah, biru dan kuning kemudian dari pencampuran tiga warna dengan presentase seimbang tersebut terciptalah warna sekunder, dari warna sekunder tersebut jika dicampur akan menjadikan warna tersier. Maka pertanyaanya apakah hitam dan putih bukan termasuk warna? ataukah hitam dan putih termasuk juga golongan warna?.





Pertanyaan itu pernah ada dibenak saya sebeum saya mencari tahu jawaban sendiri lewat teman, buku dan internet untuk memastikan kebenaranya, yah... mungkin hal ini nampak sepele bagi sebagian orang. Dalam situs wikipedia dijelaskan bahwa dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna, sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen, maka dari wikipedia kita dapat menarik kesimpulan bahwa secara ilmiah hitam dan putih bukan termasuk warna (ema).

Jumat, 25 Januari 2008

hubungan filsafat dengan seni


Filsafat dengan seni memiliki hubungan yang erat, karena estetika (keindahan) dalam seni merupakan bagian dari filsafat. Namun dalam penggolongan objeknya estetika masuk dalam ruang lingkup bahasan filsafat manusia. Baru pada abad ke 20 estetika mengeser perannanya sebagai filsafat keindahan dan menuju kearah keilmuan, yang sebelumnya mengkhususkan diri hanya pada telaah atas karya-karya seni saja. Maka estetika abad 20 dikenal sebagai estetika moderen atau estetika ilmiah karena bekerja dengan bantuan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dll, dari situlah filsafat seni menjadi bagian dari studi estetika ilmiah, dengan pendekatan yang lebih empiris-ilmiah.

Agar seni dapat selalu berkembang secara dinamis namun tidak bergeser dari akar filsafat seni yaitu keindahan, hendak'lah para pelaku seni berupaya untuk selalu menciptakan sebuah karya seni tidak lepas dari akar filsafat seni itu sendiri yaitu estetika. Dengan menciptakan suatu karya demi keindahan maka secara otomatis karya-kaya yang seni yang dihasilkan, akan selalu tercipta secara estetis, bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.
Ditulis oleh : Siti Rohmawati

Colour Therapy (Terapi Warna)

Hidup manusia, dikelilingi oleh warna namun mungkin sebagian besar dari kita sendiri, tidak mengetahui dari mana warna itu berasal, arti warna dan manfaat warna itu sendiri untuk jiwa dan tubuh kita. Kemudian dalam hal psikologis apakah warna dapat berpengaruh terhadap perasaan atau mood seseorang, pertanyaan lebih jauh lagi tentang warna, yaitu apakah benar warna dapat dijadikan sebagai media alternatif terapi. Karena dalam perkembangannya warna dikenal dapat dijadikan sebagai terapi yang dikenal dengan colour therapy, apakah colour therapy? dan apakah manfaatnya?. Sebenarnya masih banyak pertanyaan apa dan mengapa tentang warna dan terapi warna yang ada dibenak kita, yang ingin kita ketahui lebih lanjut lagi.
Warna dapat diartikan secara harfiah dengan berbagai pendekatan ilmu pengetahuan seperti dalam pendekatan ilmu seni, ilmu fisika, maupun ilmu psikologi. Menurut ensiklopedi Indonesia dalam pendekatan ilmu pengetahuan alam fisika, warna berarti gejala yang timbul karena suatu benda memantulkan cahaya yang mengenainya, sifat cahaya tergantung kepada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan benda tersebut. Warna yang dihasilkan oleh sepektum warna yaitu merah hijau dan biru yang disebut sebagai warna primer atau warna dasar. Penelitian ilmiah tentang warna bersumber dari penemuan Isaac Newton pada tahun 1672, yang dipublikasikan pada tulisan kontrofersialnya tentang warna ia menyatakan bahwa cahaya matahari yang memantul pada prisma bukanlah bewarna putih namun ada tujuh warna yang berbeda yaitu merah, Oranye, kuning, hijau, biru, Indigo dan violet
(
www.colourtherapyhealing.com ) .
Penggabungan dengan perbandingan yang sama antara tiga warna tersebut menghasilkan tiga warna yaitu jingga (merah+kuning), hijau (kuning+biru), dan ungu (merah+biru) (Mikke Suranto, 2001; 113) yang disebut warna sekunder. Jika warna-warna sekunder tersebut dicampurkan lagi maka muncullah warna tersier yaitu warna oranye-jingga, oranye-hijau dan hijau-jingga.
Pada awal sejarahnya, terapi warna sebenarnya telah digunakan, juga dipercaya sejak zaman Mesir Kuno. Warna pada zaman mesir kuno dipercaya mempunyai pengaruh yang besar pada tubuh (fisik, emosi, dan mental) manusia. Orang mesir percaya warna mempengaruhi aura tubuh sehingga jika tubuh kelebihan atau kekurangan salah satu warna, akan terjadi ketidakseimbangan tubuh yang akhirnya mempengaruhi perasaan diri manusia dan ahirnya mempenggaruhi kesehatan tubuh manusia. Namun perkembangan terapi warna untuk kesehatan, berakar pada ayurveda yaitu penggobatan kuno yang dilakukan di India. Barulah setelah abad ke sembilan belas, bangsa Eropa mengadaptasi dan menggembangkan penggobatan menggunakan terapi warna dari India tersebut dalam ilmu medis moderen .
Dari pengobatan terapi warna, tubuh manusia terbagi menjadi tujuh cakra yang dipengaruhi oleh tujuh warna yaitu warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo dan violet dan jika tidak seimbang akan berpengaruh pada tubuh. Keseimbangan warna ini dapat juga berpengaruh pada aura seseorang karena itu terapi warna bukanlah obat penyembuh mamun bisa membantu proses penyembuhan sebuah penyakit lewat gelombang energi atau vibrasinya. Warna juga dapat menberikan efek baik dari segi psikologis maupun emosi, dengan kita mengunakan warna-warna yang tepat, kita dapat mengubah energi negatif menjadi positif. Dengan terapi warna juga dapat membantu menyeimbangkan frekuensi kegagalan koneksi sel, sehingga dapat mengembalikan kembali bagian diri kita, menjadi natural dan berseri-seri seperti semula.


Ditulis Oleh : Siti Rohmawati


Daftar Pustaka :

Ensiklopedi Indonesia. (1990) Jakarta: Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mikke Susanto. (2002). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sulasmi Darmaprawira. (2002). Warna Teori dan Kreativitas Penggunaanya. Bandung: Penerbit ITB.
Vijaya Kumar. (2003). Colour Therapy. New Delhi: Publishers Private Limited
Internet :
www.colourtherapyhealing.com
www.wikipedia.com
www.kcm.com

Kamis, 24 Januari 2008

Filsafat Ilmu Sebagai Tonggak Perkembangan IPTEK

Filsafat merupakan asal dari segala ilmu pengetahuan tidak ada salahnya kita mengawali tulisan singkat ini dengan berangkat dari pengertian filsafat, filsafat atau falsafah diambil dari bahasa Yunani ‘philosophia’. ‘Philia’ berarti ‘persahabatan, cinta’, dan ‘sophia’ berarti ‘kebijaksanaan’, sehingga arti kata harfiahnya adalah seorang ‘pecinta kebijaksanaan’ atau ‘ilmu’(www.wikipedia.com). Ada pandangan bahwa filsafat seperti layaknya pohon. Filsafat merupakan suatu disiplin imu yang statis, kokoh dan sekaligus dapat pula berkembang dinamis. Filsafat adalah pohon yang mempelajari keseluruhan reaitas dari seuruh bidang keilmuan, sedangkan ilmu pegetahuan adalah cabang dari satu pohon filsafat, yang mempeajari satu cabang pengetahuan tertentu. Jika kita kaitkan filsafat dengan realitas dan tonggak perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnolgi (IPTEK), hal tersebut adalah sangat berkaitan, karena pada awal ilmu diciptakan pada dasarnya ilmu diciptakan dari rasa ingin tahu yang mendalam.
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki pengaruh dan hubungan timbal balik antara filsafat dan ilmu. Karena filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan, karena itu setiap saat ilmu itu berubah dan berkembang mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Jika ingin ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang kita harus dapat berfilsafat. Semua orang dapat berfilsafat apalagi seorang ilmuan haruslah dapat berfikir filsafat, namun berfikir filsafat secara menyeluruh tidak hanya dari sudut pandang ilmu itu sendiri. Seorang ilmuwan haruslah berfikir tentang keilmuan dari berbagai sudut, karena setiap ilmu saling berkaitan. Karateristik berfikir filsafat juga harus mendasar, seorang ilmuan tidak begitu saja percaya bahwa sebuah ilmu itu benar dan yang terahir kemampuan yang harus dimiliki seorang ilmuan, ilmuan harus dapat bersepekulasi untuk menemukan jawaban atas dasar keingintahuan dalam diri, karena sifat dari filsafat itu adalah spekulatif karena semua ilmu berasal dari serangkaian spekulasi kita memilih buah pikiran yang dapat menjadi dasar titik awal dari perjalanan pengetahuan.
Dengan kita berfikir dan berfilsafat maka akan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di Indonesia menjadi berkembang dan maju. Setidaknya upaya memajukan bidang kemajuan tehnologi dan ilmu pengetahuan, bisa dimulai dari perubahan cara berfikir kita. Karena proses penciptaan pada hakikatnya lahir dari proses berfikir kreatif.

Ditulis Oleh : Siti Rohmawati,
Daftar pustaka :
Stephen Palmquis. 2000. The Tree Of Philosophy. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
www.wikipedia.com

Sebuah Resume Buku Filsafat : Pohon Filsafat

Pohon Filsafat
( The Tree Of Philosophy )

Penulis : DR.Stephen Palmquis

Konon filsafat itu amat sulit, sedikit orang yang mampu mempelajarinya. Memang ada banyak pemikiran yang berbeda mengenai filsafat, dari berbagai kalangan pun punya pandangan yang berbeda-beda mengenai filsafat. Sebagaian agamawan berpandangan bahwa filsafat tidak dapat dijadikan kebenaran mutlak dan tidak dapat dijadikan acuan hidup, mempercayai dan memegang erat-erat petunjuk dari kitab suci sebagai pandangan hidup sudahlah cukup. Sedangkan para ilmuan tentu saja punya pandangan yang berbeda lagi para ilmuan berpandangan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk melepaskan diri secara total dari filsafat untuk mempertahankan keilmiahan mereka. Dari sisi seniman berpandangan bahwa filsafat tidak akan membantu kita dalam menikmati keindahan. Filsafat bagi para usahawan sering dirasa hanya membuang waktu karena tidak akan menghasilkan laba atau keuntungan bagi mereka.
Dalam buku Pohon Filsafat ini, Stephen Palmquis mencoba untuk mempertanyakan anggapan-anggapan yang ada dan berkembanga dimasyarakat mengenai filsafat. Stephen Palmquis dalam buku ini pun menyiratkan pernyataan bahwa semua orang yang berakal sehat bias mempelajari filsafat dan bahkan mampu berfilsaafat. Dalam setiap jejak hidup manusia adalah filsafat, ia mengambarkanya bahwa ketika orang sedang makan fried chicken pun ia bisa berfilsafat. Apalagi dalam setiap ilmu apakah ilmu politik, bahasa, ilmu bisnis, seni dan banyak ilmu lain-lain.
Menurut Palmquis dalam buku Pohon Filsafat ia mengamati banyak pandangan atau pemahamana-pemahaman yang telah berkembang sejak filsafat itu ada, dan ia merasa bahwa pandangan tersebut itu tidak sepenuhnya salah. Ada pandangan yang menyatakan bahwa filsafat itu laksana pohon. Palmquis mengambarkan bahwa filsafat merupakan suatu disiplin imu yang statis, kokoh dan sekaligus dapat pula berkembang dinamis.
Dalam pandangan Palmquis dalam bukunya, secara garis besar ada lima jenis pendekatan utama yang dipakai dalam pembelajaran pengantar filsafat yaitu dengan pendekatan filsafat umum dan filsafat barat. Kelima pendekatan itu adalah pertama pendekatan historis dengan berbagai variasinya dalam pendekatan ini, pemikiraan para filusuf terpenting dan latar belakang mereka dipeajari secara kronologis. Kedua pendekatan metodologis cara ini dipandang penting, mengingat bahwa cara terpenting untuk mempelajari filsafat adalah berfilsafat. Dalam pendekatan metodologis berbagai metode berfilsafat ditimbang-timbang, kemudian metode yang dipandang terbaik diuraikan lebih lanjut untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman berfilsafat. Pendekatan ketiga adalah pendekatan analitis dengan berbagai varasinya, metode ini memandang bahwa tugas pengantar filsafat adalah menjelaskan unsur-unsur filsafat. Filsafat diuraikan secara sistematis dan diterangkan sejelas-jelasnya. Pendekatan keempat adalah pendekatan eksistensial dalam pendekatan ini filsafat dipandang sebagai jalan hidup filosofis tanpa terbelenggu oleh sistematikanya. Dalam pendekatan ini tema-tema pokok filsafat didalami, dengan harapan bahwa pembaca dengan sendrinya akan memperoleh gambaran tentang filsafat yang seutuhnya. Dari empat penekatan Palmquis diatas mungkin pendekatan yang kelima adalah yang terbaik dari empat penekatan sebelumya terlepas dari keungulan dan kelemahannya. Pendekatan kelima yaitu pendekatan terpadu dalam filsafat memiliki metode mensintesis berbagai pendekatan sekaligus dalam satu buku saja, seperti penguraian filsafat Palmquis dalam bukunya pohon filsafat ini diuraikan dengan pendekatan tersebut.
Palmquis banyak terinspirasi oleh filusuf kritis Immanuel kant. Palmquis mengambarkan filsafat layaknya sebuah pohon yang terbagi dalam berbagai bagian, ada bagian akar, batang, cabang dan daun. Palmquis mengambarkan metafisika dan pengakuan kebebalan pada bagian akar pohon. Seperti layaknya akar terpendam didalam tanah sehingga tidak dapat melihat sebagaimana adanya, maka metafisis pengetahuan pun demikian, bahwa filsafat lahir dari kumpulan mitos-mitos dalam masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat diketahui oleh benak manusia. Kemudian mitos berjalan menuju ilmu melalui sastra yang disebut demitologisasi proses pencampuran mitos dengan keilmuan tersebut barulah bisa dikatakan filsafat. Plato, Sokrates dan Aristoteles adalah tiga tokoh filusuf besar Yunani yang berfungsi sebagai mitos yang menjadi dasar perkembangan filsafat Barat, selama lebih dari dua milenium. Namun lebih jauh pemahaman metafisika filsafat pada awalnya ditemukan oleh Sokrates, lalu diungkap jauh lebih lengkap oleh Khan.
Bagian kedua adalah batang yaitu pengalihan dari akar filsafat, metafisika menuju batang pohon filsafat yaitu logika dan pemahaman kata-kata. Logika memang berkaitan dengan sesuatu yang mempermudah kita dalam melihat hal-hal dibalik opini kita sendiri. Disisi lain logika sebenarnya sama sekali tidak menajarkan kita fakta-fakta baru. Sesungguhnya, logika lebih menyerupai metafisika daripada fisika, bila sampai pada persoalan pencarian fakta-fakta baru. Metafisika, menurut Khan tidak menambah pegetahuan sama sekali, tapi mencegah kekeliruan, seperti halnya akar pohon tidak mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan agar buahnya sehat. Begitu pula batangnya, dalam logika kita mempelajari metafisika bukanlah agar kita bisa lebih mengetahui namun supaya kita dapat belajar mengungkapkan dengan lebih jelas dan cermat pengetahuan yang kita peroleh dari sumber-sumber lain
Bagian ketiga cabang pohon yang mengambarkan ilmu, ilmu dalam arti khusus yaitu cinta akan kealiman, cabang dalam pohon mengambarkan suatu cabang-cabang keilmuan yang berbeda-beda. Karena hal tersebut menjadikan filsafat bukanlah sebuah ilmu karena fisafat ialah induk dari semua ilmu. Dibagian empat penggambaraan daun-daun pada pohon filsafat dianalogikan sebagai pemersatu. Daun dalam pohon filsafat bisa disamakan dengan bidang penyelidikan filsafat yang biasanya dikenal sebagai ontologi (telaah tentang yang berada). Paul Tillich mendefinisikan bahwa ontologi adalah, mengakui bahwa yang berada beranekaragam tetapi berupaya untuk mempersatukan keragaman itu dengan memaparkannya. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan terlibat dalam ontologi karena mengetahui berarti menggakui sesuatu sebagai suatu yang ada.

Resume Ditulis Oeh : Siti Rohmawati
Daftar Pustaka :
Stephen Palmquis. 2000. The Tree Of Philosophy. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

stupid is not cute

stupid is not cute

T-Shirt Making

Hitam Putih Warna Ataw Bukan

seorang anak menanyakan peranyaan ini dikelas seni rupa "hitam dan putih termasuk warna atau bukan?" pertanyaan bagus dari seorang siswa mengingatkan saya pada pertanyaan yang pernah saya nyatakan kepada seorang teman, mengingat didalam golongan warna yang dikenal sebagai warna dasar adalah hanya tiga warna yaitu merah, biru dan kuning kemudian dari pencampuran tiga warna dengan presentase seimbang tersebut terciptalah warna sekunder, dari warna sekunder tersebut jika dicampur akan menjadikan warna tersier. Maka pertanyaanya apakah hitam dan putih bukan termasuk warna? ataukah hitam dan putih termasuk juga golongan warna?.





Pertanyaan itu pernah ada dibenak saya sebeum saya mencari tahu jawaban sendiri lewat teman, buku dan internet untuk memastikan kebenaranya, yah... mungkin hal ini nampak sepele bagi sebagian orang. Dalam situs wikipedia dijelaskan bahwa dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna, sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen, maka dari wikipedia kita dapat menarik kesimpulan bahwa secara ilmiah hitam dan putih bukan termasuk warna (ema).

Paintlust Presents How To Make a Painting In 30secs