Pohon Filsafat
( The Tree Of Philosophy )
Penulis : DR.Stephen Palmquis
Konon filsafat itu amat sulit, sedikit orang yang mampu mempelajarinya. Memang ada banyak pemikiran yang berbeda mengenai filsafat, dari berbagai kalangan pun punya pandangan yang berbeda-beda mengenai filsafat. Sebagaian agamawan berpandangan bahwa filsafat tidak dapat dijadikan kebenaran mutlak dan tidak dapat dijadikan acuan hidup, mempercayai dan memegang erat-erat petunjuk dari kitab suci sebagai pandangan hidup sudahlah cukup. Sedangkan para ilmuan tentu saja punya pandangan yang berbeda lagi para ilmuan berpandangan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk melepaskan diri secara total dari filsafat untuk mempertahankan keilmiahan mereka. Dari sisi seniman berpandangan bahwa filsafat tidak akan membantu kita dalam menikmati keindahan. Filsafat bagi para usahawan sering dirasa hanya membuang waktu karena tidak akan menghasilkan laba atau keuntungan bagi mereka.
Dalam buku Pohon Filsafat ini, Stephen Palmquis mencoba untuk mempertanyakan anggapan-anggapan yang ada dan berkembanga dimasyarakat mengenai filsafat. Stephen Palmquis dalam buku ini pun menyiratkan pernyataan bahwa semua orang yang berakal sehat bias mempelajari filsafat dan bahkan mampu berfilsaafat. Dalam setiap jejak hidup manusia adalah filsafat, ia mengambarkanya bahwa ketika orang sedang makan fried chicken pun ia bisa berfilsafat. Apalagi dalam setiap ilmu apakah ilmu politik, bahasa, ilmu bisnis, seni dan banyak ilmu lain-lain.
Menurut Palmquis dalam buku Pohon Filsafat ia mengamati banyak pandangan atau pemahamana-pemahaman yang telah berkembang sejak filsafat itu ada, dan ia merasa bahwa pandangan tersebut itu tidak sepenuhnya salah. Ada pandangan yang menyatakan bahwa filsafat itu laksana pohon. Palmquis mengambarkan bahwa filsafat merupakan suatu disiplin imu yang statis, kokoh dan sekaligus dapat pula berkembang dinamis.
Dalam pandangan Palmquis dalam bukunya, secara garis besar ada lima jenis pendekatan utama yang dipakai dalam pembelajaran pengantar filsafat yaitu dengan pendekatan filsafat umum dan filsafat barat. Kelima pendekatan itu adalah pertama pendekatan historis dengan berbagai variasinya dalam pendekatan ini, pemikiraan para filusuf terpenting dan latar belakang mereka dipeajari secara kronologis. Kedua pendekatan metodologis cara ini dipandang penting, mengingat bahwa cara terpenting untuk mempelajari filsafat adalah berfilsafat. Dalam pendekatan metodologis berbagai metode berfilsafat ditimbang-timbang, kemudian metode yang dipandang terbaik diuraikan lebih lanjut untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman berfilsafat. Pendekatan ketiga adalah pendekatan analitis dengan berbagai varasinya, metode ini memandang bahwa tugas pengantar filsafat adalah menjelaskan unsur-unsur filsafat. Filsafat diuraikan secara sistematis dan diterangkan sejelas-jelasnya. Pendekatan keempat adalah pendekatan eksistensial dalam pendekatan ini filsafat dipandang sebagai jalan hidup filosofis tanpa terbelenggu oleh sistematikanya. Dalam pendekatan ini tema-tema pokok filsafat didalami, dengan harapan bahwa pembaca dengan sendrinya akan memperoleh gambaran tentang filsafat yang seutuhnya. Dari empat penekatan Palmquis diatas mungkin pendekatan yang kelima adalah yang terbaik dari empat penekatan sebelumya terlepas dari keungulan dan kelemahannya. Pendekatan kelima yaitu pendekatan terpadu dalam filsafat memiliki metode mensintesis berbagai pendekatan sekaligus dalam satu buku saja, seperti penguraian filsafat Palmquis dalam bukunya pohon filsafat ini diuraikan dengan pendekatan tersebut.
Palmquis banyak terinspirasi oleh filusuf kritis Immanuel kant. Palmquis mengambarkan filsafat layaknya sebuah pohon yang terbagi dalam berbagai bagian, ada bagian akar, batang, cabang dan daun. Palmquis mengambarkan metafisika dan pengakuan kebebalan pada bagian akar pohon. Seperti layaknya akar terpendam didalam tanah sehingga tidak dapat melihat sebagaimana adanya, maka metafisis pengetahuan pun demikian, bahwa filsafat lahir dari kumpulan mitos-mitos dalam masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat diketahui oleh benak manusia. Kemudian mitos berjalan menuju ilmu melalui sastra yang disebut demitologisasi proses pencampuran mitos dengan keilmuan tersebut barulah bisa dikatakan filsafat. Plato, Sokrates dan Aristoteles adalah tiga tokoh filusuf besar Yunani yang berfungsi sebagai mitos yang menjadi dasar perkembangan filsafat Barat, selama lebih dari dua milenium. Namun lebih jauh pemahaman metafisika filsafat pada awalnya ditemukan oleh Sokrates, lalu diungkap jauh lebih lengkap oleh Khan.
Bagian kedua adalah batang yaitu pengalihan dari akar filsafat, metafisika menuju batang pohon filsafat yaitu logika dan pemahaman kata-kata. Logika memang berkaitan dengan sesuatu yang mempermudah kita dalam melihat hal-hal dibalik opini kita sendiri. Disisi lain logika sebenarnya sama sekali tidak menajarkan kita fakta-fakta baru. Sesungguhnya, logika lebih menyerupai metafisika daripada fisika, bila sampai pada persoalan pencarian fakta-fakta baru. Metafisika, menurut Khan tidak menambah pegetahuan sama sekali, tapi mencegah kekeliruan, seperti halnya akar pohon tidak mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan agar buahnya sehat. Begitu pula batangnya, dalam logika kita mempelajari metafisika bukanlah agar kita bisa lebih mengetahui namun supaya kita dapat belajar mengungkapkan dengan lebih jelas dan cermat pengetahuan yang kita peroleh dari sumber-sumber lain
Bagian ketiga cabang pohon yang mengambarkan ilmu, ilmu dalam arti khusus yaitu cinta akan kealiman, cabang dalam pohon mengambarkan suatu cabang-cabang keilmuan yang berbeda-beda. Karena hal tersebut menjadikan filsafat bukanlah sebuah ilmu karena fisafat ialah induk dari semua ilmu. Dibagian empat penggambaraan daun-daun pada pohon filsafat dianalogikan sebagai pemersatu. Daun dalam pohon filsafat bisa disamakan dengan bidang penyelidikan filsafat yang biasanya dikenal sebagai ontologi (telaah tentang yang berada). Paul Tillich mendefinisikan bahwa ontologi adalah, mengakui bahwa yang berada beranekaragam tetapi berupaya untuk mempersatukan keragaman itu dengan memaparkannya. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan terlibat dalam ontologi karena mengetahui berarti menggakui sesuatu sebagai suatu yang ada.
Resume Ditulis Oeh : Siti Rohmawati
Daftar Pustaka :
Stephen Palmquis. 2000. The Tree Of Philosophy. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.