Warna dapat diartikan secara harfiah dengan berbagai pendekatan ilmu pengetahuan seperti dalam pendekatan ilmu seni, ilmu fisika, maupun ilmu psikologi. Menurut ensiklopedi Indonesia dalam pendekatan ilmu pengetahuan alam fisika, warna berarti gejala yang timbul karena suatu benda memantulkan cahaya yang mengenainya, sifat cahaya tergantung kepada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan benda tersebut. Warna yang dihasilkan oleh sepektum warna yaitu merah hijau dan biru yang disebut sebagai warna primer atau warna dasar. Penelitian ilmiah tentang warna bersumber dari penemuan Isaac Newton pada tahun 1672, yang dipublikasikan pada tulisan kontrofersialnya tentang warna ia menyatakan bahwa cahaya matahari yang memantul pada prisma bukanlah bewarna putih namun ada tujuh warna yang berbeda yaitu merah, Oranye, kuning, hijau, biru, Indigo dan violet ( www.colourtherapyhealing.com ) .
Penggabungan dengan perbandingan yang sama antara tiga warna tersebut menghasilkan tiga warna yaitu jingga (merah+kuning), hijau (kuning+biru), dan ungu (merah+biru) (Mikke Suranto, 2001; 113) yang disebut warna sekunder. Jika warna-warna sekunder tersebut dicampurkan lagi maka muncullah warna tersier yaitu warna oranye-jingga, oranye-hijau dan hijau-jingga.
Pada awal sejarahnya, terapi warna sebenarnya telah digunakan, juga dipercaya sejak zaman Mesir Kuno. Warna pada zaman mesir kuno dipercaya mempunyai pengaruh yang besar pada tubuh (fisik, emosi, dan mental) manusia. Orang mesir percaya warna mempengaruhi aura tubuh sehingga jika tubuh kelebihan atau kekurangan salah satu warna, akan terjadi ketidakseimbangan tubuh yang akhirnya mempengaruhi perasaan diri manusia dan ahirnya mempenggaruhi kesehatan tubuh manusia. Namun perkembangan terapi warna untuk kesehatan, berakar pada ayurveda yaitu penggobatan kuno yang dilakukan di India. Barulah setelah abad ke sembilan belas, bangsa Eropa mengadaptasi dan menggembangkan penggobatan menggunakan terapi warna dari India tersebut dalam ilmu medis moderen .
Dari pengobatan terapi warna, tubuh manusia terbagi menjadi tujuh cakra yang dipengaruhi oleh tujuh warna yaitu warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo dan violet dan jika tidak seimbang akan berpengaruh pada tubuh. Keseimbangan warna ini dapat juga berpengaruh pada aura seseorang karena itu terapi warna bukanlah obat penyembuh mamun bisa membantu proses penyembuhan sebuah penyakit lewat gelombang energi atau vibrasinya. Warna juga dapat menberikan efek baik dari segi psikologis maupun emosi, dengan kita mengunakan warna-warna yang tepat, kita dapat mengubah energi negatif menjadi positif. Dengan terapi warna juga dapat membantu menyeimbangkan frekuensi kegagalan koneksi sel, sehingga dapat mengembalikan kembali bagian diri kita, menjadi natural dan berseri-seri seperti semula.
Ditulis Oleh : Siti Rohmawati
Daftar Pustaka :
Ensiklopedi Indonesia. (1990) Jakarta: Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mikke Susanto. (2002). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sulasmi Darmaprawira. (2002). Warna Teori dan Kreativitas Penggunaanya. Bandung: Penerbit ITB.
Vijaya Kumar. (2003). Colour Therapy. New Delhi: Publishers Private Limited
Internet :
www.colourtherapyhealing.com
www.wikipedia.com
www.kcm.com
Ensiklopedi Indonesia. (1990) Jakarta: Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Mikke Susanto. (2002). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sulasmi Darmaprawira. (2002). Warna Teori dan Kreativitas Penggunaanya. Bandung: Penerbit ITB.
Vijaya Kumar. (2003). Colour Therapy. New Delhi: Publishers Private Limited
Internet :
www.colourtherapyhealing.com
www.wikipedia.com
www.kcm.com